Semakin sibuk seseorang semakin
banyak pula pekerjaan yang terselesaikan. Ada apa dengan ini semua?
mengapa disaat aku mempunyai banyak waktu
senggang sama sekali pekerjaan itu tidak dapat untuk terselesaikan,
mengapa aku selalu menyia-nyiakan waktu senggangku dan mengapa aku selalu
memanfaatkan waktu yang aku miliki sebaik mungkin walau dipenuhi dengan jadwal
aktivitas yang lainnya. Menulis, itulah hobiku aku ingin membuat hobi ini dapat
menjadi jembatan untukku menuju ke masa depan, ini sudah menjadi pilihanku.
Niat, itu telah aku
tetapkan sejak lama, tapi mengapa semuanya terasa berjalan dengan sia-sia,”
semua hal yang diinginkan harus didasari dengan niat jika sesuatu itu ingin
diperoleh dengan baik” but why about me? Aku telah mempunyai niat, namun
aku merasa niat ini tidak begitu kuat untuk membantuku tidak menyia-nyiakan
waktu luang ini. Sekarang bukan waktunya untuk terus bersenang-senang aku sadar
jika umurku terus bertambah dan dalam arti waktuku didunia ini juga ikut
berkurang, namun apa dengan umurku yang sekarang aku telah melakukan suatu hal
yang bisa dibilang berprestasi? Tentunya belum.. aku sering merasa minder
dengan anak-anak lain yang dapat mewujutkan impianya di usia muda dapat membuat
orang-orang disekelilingnya iku merasakan kebahagiaan tersebut.
Mengapa dia bisa sedangkan aku
tidak? Apa yang membedakan kami ? aku selalu berusaha untuk dapat terus
memanage waktuku seefektif mungkin namun aku tak mampu aku tidak berdaya
jika harus dihadapkan dengan rasa unmood.. rasa itulah yang dapat menghancurkan
semuanya, aku selalu mencari cara agar itu dapat teratasi namun aku begitu lama
sehingga rasa ini terus menguasai diriku.
Orang-orang selalu mengatakan
jika aku adalah anak yang baik “anak yang baik” dalam arti apa? Mengapa
mereka dapat mengatakan itu sedangkan aku saja tidak mengetahui bagaimana
tentang diriku. Aku tahu, aku mengetahuinya jika penilaian yang paling murni
itu adalah penilaian dari yang melihat bukan yang membuat. Bahkan sampai
tulisan yang aku buat ini aku tidak mengetahui arahnya, yang aku tahu hanyalah
apa yang sedang aku rasakan.
Kembali soal menulis, aku
memang benar-benar menggemarinya, bahkan sejak SD aku selalu menuliskkan apa
yang aku rasakan dan aku suka mencari refrensi yang bagus untuk setiap cerita
atau kelanjutan cerita yang aku buat..
Dapat membuat sebua novel baik
fiksi maupun nonfiksi tertera nama”Rini Wulandari” dicovernya, dapat dibaca
oleh oleh orang banyak.. namun bukan hanya sekedar dibaca tadi dapat diambil
suatu pembelajaran dari bukuku tersebut. Hal itulah yang sangat aku inginkan..
tapi kapan? Kapan semua itu can be real?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar