Selasa, 29 Juli 2014

Kerinduan


   Berharap jika mata ini kembali terbuka dapat melihat  harapan aku untuk bersamamu, mata ini telah berulang kali untuk terbuka namun tidak terlihat secerca harapan untuk bersamamu. Tatapanmu yang begitu tajam ketika melihatku kini tidak akan pernah untuk aku lihat kembali, suaramu yang dapat membuatku tersentak kini juga tak dapat untuk aku dengar sekarang hanya tinggal bayang-bayang dirimu yang melekat kedalam pikiranku.


   Apa yang harus aku lakukan dengan bayang-bayang ini? Menghapusnya.. aku tidak mampu untuk melakukan itu, terus memendamnya.. itu juga tidak akan untuk bertahan lama, bayang-bayangmu akan memecah seperti gumpalan busa yang hanya meninggalkan goresan-goresan air yang memedihkan. Mengapa bukan aku yang kau pilih? Diriku dan dirinya sama hanya saja profesi yang membedakan kami. Cukup.., cukup sudah kau berikan goresan-goresan luka ini terhadapku aku sudah merasakan sangat terluka jangan kau gores lagi luka-luka ini dengan semua sikapmu kau selalu melukainya tapi setelah kau lukai kau selalu mengobatinya. Apa? Apa ini semua? Apakah kau seolah sedang memainkan sandiwara? Tapi mengapa harus aku yang terlibat dalam sandiwara ini? Melukai dan mengobati itu yang selalu kau lakukan. Aku membutuhkan obat darimu, hal itulah satu alasan kuat untukku tidak menjauh darimu. Tapi, sampai kapan aku harus menanti obat sesungguhnya darimu?

Tidak ada komentar: