Di sebuah kota ada
sepasang suami istri yang bernama pak Sutar dan buk Umi, mereka sangat bahagia
karena buk Umi sedang mengandung anak pertama mereka. Tapi, kebahagian mereka
tiba-tiba saja hilang disaat anak mereka lahir kedunia. Bahkan kelahiran anak itu
dianggap musibah oleh orang-orang yang berada disekeliling mereka. Terlahir
dengan keadaan cacat fisik tidak membuat mereka malu mengakui anak itu. Karena
mereka sadar bagaimanapun keadaan anak mereka dia adalah titipan Tuhan yang
harus dijaga dan dilindungi.
Anak itu tetap
tumbuh seperti anak normal pada umumnya. Sampai sekarang usianya menginjak 12
tahun, anak itu bernama Ananda. Ananda Nugraha lengkapnya, Ananda tidak memiliki teman dia selalu
dikucilkan.
“Bunda kenapa Ananda tidak memiliki kaki?” tanya Ananda kepada Bundanya.
“Ananda sayang, Ananda
lahir seperti ini, itu semua adalah
Anugrah dari Tuhan. Karena walaupun
Ananda tidak memiliki sepasang kaki, namun Ananda memiliki sepasang orangtua
yang sangat menyayangi Ananda. Manusia itu tidak ada yang terlahir sempurna.
Semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan.
Jadi Ananda harus bersyukur dengan apa yang Ananda miliki sekarang”
“ya Bunda, tapi Ananda kesepian tidak ada yang mau berteman
dengan Ananda” ucap Ananda
“kan masih ada Bunda dan Ayah” jelas Bunda
“Bunda tidak malu mempunyai anak seperti Ananda?”
“kenapa Bunda harus malau? Ananda anak yang hebat, pintar,
dan pastinya mempunyai semangat yang sangat luar biasa”
“Ananda sayang Bunda.” Ucap Ananda sambil memeluk bundanya.
“Bunda juga sangat menyayangimu nak”
“makasi ya Bund, telah menjadi sosok seorang Ibu yang sangat
menyayangi Ananda, sekarang Ananda mau
kekamar dulu ya bund!” ucap Ananda. Bundanya hanya mengangguk.
Sahabat Ananda hanyalah sebuah buku Diary kesayangannya.
Hadiaah ulang tahun dari Bundanya, Setiap malam dia selalu menceritakan semua
tentang isi hatinya terhadap Diary itu. Dan malam ini seperti malam-malam
biasanya, Ananda menulis keluh-kesahnya kedalam buku Diary kesayangannya.
Dear diary,
Hari-hari terus aku jalani dengan keadaanku yang tidak normal ini.
Keadaanku yang tidak sempurna ini membuat aku tidak memiliki teman hingga
sekarang. Maafin aku Tuhan karena aku terus mengeluh, aku hanya ingin mengungkapkan pendapatku tentang kehidupan didunia fana
ini. Aku sadar menjadi berbeda itu sangat sulit, termasuk diduniaku sendiri.
Terkadang orang yang berbeda ( cacat fisik) sepertiku selalu dikucilkan, tetapi orang yang berbeda (cantik fisik) di
istimewakan, ini gak adil. Kami kan sama-sama berbeda, tapi kenapa tidak
diperlakukan sama. Ini namanya Deskriminasi.
Ananda
Nugraha
Setelah menulis semua keluhannya, Ananda langsung tertidur.
Bunda yang teringat akan kata-kata Ananda tadi, bersama Ayah menuju kekamar
Ananda. Pintu kamar Ananda tidak terkunci, jadi mereka dapat masuk kedalam
kamar Ananda. Bunda yang melihat Ananda sudah tertidur lelap membelai rambutnya
sambil menangis.
“bunda” Ananda
terbangun,
“kamu terbangun, maafin Bunda ya!” ucap Bunda
“Bunda kenapa menangis?” tanya Ananda penasaran. Bunda hanya terdiam
“Ayah, kenapa Bunda menangis? Apa Bunda sakit?”
“tidak, Bunda tidak sakit. Ayah mau tanya sama jagoan Ayah
nih, Ananda malu dengan keadaan Ananda?”
“tidak, Ananda tidak malu, kan Bunda selalu bilang jika kita
harus kuat menghadapi sebuah kenyataan yang telah ditentukan sebelumnya”
“iya.., anak Ayah hebat. Percayalah sayang, Tuhan tidak
memberi apa yang kita mau, melainkan memberikan apa yang kita butuhkan”.
“iya, Ayah benar sayang, Ananda anak yang hebat wujudkan semua mimpi
dan cita-cita Ananda, Ananda bisa sukses
seperti anak norma yang lainnya. Masih
ingat pesan Bunda sama Ananda”
“ingat donnk.. Bunda selalu bilang jangan minder, terus
bermimpi, dan terus berusaha karena “Nothing is Impossible” ucap Ananda penuh semangat.
“anak Bunda memang hebat”
kata Bunda bangga.
“Ayah dan Bunda tau, jika kenyataan terindah dalam hidup
Ananda adalah terlahir menjadi anak Ayah dan Bunda” ucap Ananda sambil memeluk Ayah dan
Bundanya
“iya sayang, kami sangat menyayangimu, dan akan selalu
berada disampingmu” ucap Ayah dan Bunda secara bersamaan.
Dan sekarang keluarga kecil ini tetap menjalani hidup dengan
semangat dan ikhlas menerima kenyataan dan cobaan yang diberikan Tuhan kepada
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar