Namaku Sisil Cantika,
tapi lebih akrab dipanggil Sisil. Aku sekarang duduk di kelas 3 SMA, kalau
boleh kasih pendapat sih… aku gak percaya sama yang namanya sahabat, I believe
a friend, but I don’t believe a friendship, cause nothing is
best friend in the world, best friend is bullsyid.
Aku bersikap seperti ini
karena aku mempunyai alasan, dulu aku mempunyai teman baik aku selalu ada
disaat dia butuh. Tapi kenapa disaat aku butuh dia dia gak ada buat aku? Ini
gak adil. Aku merasa ditipu, aku merasa bodoh bisa mempercayai dia begitu saja.
Aku merasakan jika aku hanya dimanfaatkan. Disaat dia lagi
mempunyai permasalahan dia datang kepadaku, dan disaat dia senang dengan
kehidupannya dia menghilang bagai di telan bumi. Hypocrisy….,
Menurut aku sahabat
adalah seseorang yang selalu ada dalam hidup kita, teman berbagi tangis dan
tawa, susah dan senang, selalu care dengan kita, pokoknya everything lah. Tapi
yang aku temui sekarang gak ada tuh teman seperti itu, orang yang kamu anggap
sahabat malah jelek-jelekin kamu dari belakang. Dan pura-pura baik didepanmu.
Hati-hati dengan yang namanya sahabat, ingat musuh terbesar dalam hidupmu
adalah orang terdekatmu. Kita dapat melihat dari pengalaman-pengalaman remaja
zaman sekarang, ngaku sahabat saat temannya kaya dan menghilang disaat temannya
jatuh miskin dan membutuhkan sebuah dukungan, ngaku sahabat tapi sanggup
ngerebut pacar sahabatnya sendiri, ngaku sahabat tapi merasa sok bos dan suka
ngatur, ngaku sahabat karena butuh saat ngerjain tugas sekolah. Coba renungkan,
pantaskah orang seperti itu dapat dianggap sebagai sahabat? Jangan sampai salah
didalam memilih sahabat, karena sahabat itu kata halus dari ekspoitasi.
Dikantin sekolah seperti
biasa aku duduk sambil membaca komic.
“beliin aku minum haus nih!” ucap
Vika ketua Geng the beautiful girls. (dari meja sebelah)
Iya sebentar” kata Tika salah
satu anggota Geng
“oh iya, loe Udah siap
tugas Matematika?” ucap Vika lagi
“udah, kenapa?” kata , sih kutu
buku itu
“tolong kerjain tugas gue donk!”
kata Vika
“iya” ucap Rini singkat
“nih minum loe” ucap Tika sambil
memberikan jus jeruk kepada Vika
“aku ke kelas dulu ya Rin,
selamat ngerjain tugas” kata Tika dan Vika sambil berjalan menuju ke kelas
“loe ngapain Rin?” tanyakku
pura-pura tidak tahu
“ngerjain Tugas Vika nih” ucap
“loe sahabat atau kacung dia?”
tanyaku sedikit emosi
“sahabatnya lah, loe kok ngomong
gitu sih Sil” tanya
“Loe sadar gak sih Rin, loe lagi
di manfaatin, kalu emang dia nganggep loe sahabat, dia gak akan memperlakukan
loe seperti ini.” Kataku
“gue sadar Sil, gue juga bosen
dengan semua ini, gue muak dengan sikap dia yang sok bos dan ngatur-ngatur
hidup gue” ucap
“terus kenapa loe masih
bertahan?” tanyaku
“gue udah lama berteman ama Vika”
ucapnya
“ apa pantas orang sepeerti Vika
loe anggap temen bahkan sahabat?” tanyaku hanya terdiam
“kalau loe muak dengan semua ini,
loe bilang aja langsung ke dia, dari pada loe mengeluh dibelakang
dia.” Ucapku memberi saran.
Ini yang
membuatku makin tidak percaya sama yang namanya sahabat. Lebih baik beersahabat
dengan sunyi, diam hening darppada persahabat dengan orang yang tidak tepat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar