Minggu, 18 Mei 2014

I don't believe a friendship

  Namaku Sisil Cantika, tapi lebih akrab dipanggil Sisil. Aku sekarang duduk di kelas 3 SMA, kalau boleh kasih pendapat sih… aku gak percaya sama yang namanya sahabat, I believe a  friend, but I don’t believe a friendship, cause nothing is best  friend in the world, best friend is bullsyid. 

  Aku bersikap seperti ini karena aku mempunyai alasan, dulu aku mempunyai teman baik aku selalu ada disaat dia butuh. Tapi kenapa disaat aku butuh dia dia gak ada buat aku? Ini gak adil. Aku merasa ditipu, aku merasa bodoh bisa mempercayai dia begitu saja. Aku merasakan jika aku hanya   dimanfaatkan. Disaat dia lagi mempunyai permasalahan dia datang kepadaku, dan disaat dia senang dengan kehidupannya dia menghilang bagai di telan bumi.     Hypocrisy…., 

   Menurut aku sahabat adalah seseorang yang selalu ada dalam hidup kita, teman berbagi tangis dan tawa, susah dan senang, selalu care dengan kita, pokoknya everything lah. Tapi yang aku temui sekarang gak ada tuh teman seperti itu, orang yang kamu anggap sahabat malah jelek-jelekin kamu dari belakang. Dan pura-pura baik didepanmu. Hati-hati dengan yang namanya sahabat, ingat musuh terbesar dalam hidupmu adalah orang terdekatmu. Kita dapat melihat dari pengalaman-pengalaman remaja zaman sekarang, ngaku sahabat saat temannya kaya dan menghilang disaat temannya jatuh miskin dan membutuhkan sebuah dukungan, ngaku sahabat tapi sanggup ngerebut pacar sahabatnya sendiri, ngaku sahabat tapi merasa sok bos dan suka ngatur, ngaku sahabat karena butuh saat ngerjain tugas sekolah. Coba renungkan, pantaskah orang seperti itu dapat dianggap sebagai sahabat? Jangan sampai salah didalam memilih sahabat, karena sahabat itu kata halus dari ekspoitasi.

  Dikantin sekolah seperti biasa aku duduk sambil membaca komic.
“beliin aku minum haus nih!” ucap Vika ketua Geng the beautiful girls. (dari meja sebelah)
Iya sebentar” kata Tika salah satu anggota Geng
“oh iya,  loe Udah siap tugas Matematika?” ucap Vika lagi
“udah, kenapa?” kata , sih kutu buku itu
“tolong kerjain tugas gue donk!” kata Vika
“iya” ucap Rini singkat
“nih minum loe” ucap Tika sambil memberikan jus jeruk kepada Vika
“aku ke kelas dulu ya Rin, selamat ngerjain tugas” kata Tika dan Vika sambil berjalan menuju ke kelas
“loe ngapain Rin?” tanyakku pura-pura tidak tahu
“ngerjain Tugas Vika nih” ucap
“loe sahabat atau kacung dia?” tanyaku sedikit emosi
“sahabatnya lah, loe kok ngomong gitu sih Sil” tanya
“Loe sadar gak sih Rin, loe lagi di manfaatin, kalu emang dia nganggep loe sahabat, dia gak akan memperlakukan loe seperti ini.” Kataku
“gue sadar Sil, gue juga bosen dengan semua ini, gue muak dengan sikap dia yang sok bos dan ngatur-ngatur hidup gue” ucap
“terus kenapa loe masih bertahan?” tanyaku
“gue udah lama berteman ama Vika” ucapnya
“ apa pantas orang sepeerti Vika loe anggap temen bahkan sahabat?” tanyaku  hanya terdiam
“kalau loe muak dengan semua ini, loe bilang aja langsung ke dia, dari pada loe mengeluh dibelakang dia.”  Ucapku memberi saran.

   Ini yang membuatku makin tidak percaya sama yang namanya sahabat. Lebih baik beersahabat dengan sunyi, diam hening darppada persahabat dengan orang yang tidak tepat



Tidak ada komentar: