Aku tak akan mampu untuk dapat melihat sinar matahari yang terbit ketika hari sudah berganti Aku tak mampu berdiri diatas terbitnya matahari tersebut, aku tak mampu untuk mengetahui apa arti dari kasih sayang….ketika aku menangis aku juga tak mengetahui arti dari tangisan begitu juga dengan senyuman, aku tak akan mengetahui hal-hal itu jika kau tidak mengajarkannya kepadaku.
Aku bagaikan memory card kosong yang
tidak memilik data apapun, kau selalu dengan ikhlasnya untuk mengisi sedikit
demi sedikit ingatanku dengan hal-hal yang bermanfaat, namun terkadang aku tak
menyadarinya, setiap perkataanmu selalu aku abaikan…. Sehingga kaupun marah
terhadap diriku… tapi aku selalu menganggap marahanmu seolah sebuah pisau tajam
yang melukai diriku.. padahal kau tak berniat sedikitpun untuk membuatku
terluka, kau selalu berusaha agar aku memperoleh kebahagiaan yang sebelumnya
belum sempat kau rasakan.
Aku selalu menganggap caramu itu
berlebihan, cara yang hanya menambah beban didalam diriku ini. Aku selalu melihat
ke kiri dan ke kanan mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan, hal itu
membuat aku iri. Sehingga aku mampu menciptakan definisi bahwa semua omelanmu
hanya bohong belaka, itu tak mampu merubahku untuk membuatku merasa bahagia dan
selalu tesenyum disetiap harinya, omelanmu hanya mampu memperburuk mentalku
untuk menghadapai kejamnya kehidupan.
Setiap tahunnya umurku bertambah… itu
menjadi kebanggan tersendiri bagiku, karena aku telah beranjak semakin dewasa
dengan bertambahnya umurku ini aku mampu mengatur diri ini, aku bisa menentukan
arah jalan mana yang terbaik untuk diri ini, aku merasa aku tidak membutuhkan
tuntunan darimu lagi… tutunan yang menyatakan akan memperbaiki hidup ini kelak, tuntunan yang hanya membuatku semakin
terpuruk, tuntunan yang tidak pernah memiliki kepastian.
Sekarang aku merasa sedikit
terbebaskan akan aturan-aturan yang telah kau berikan kepadaku, dari semua
perkataan dan aturan yang kau berikan kepadaku hanya satu yang mampu membuat
diri ini merasa senang dan bahagia yaitu “kau telah tumbuh menjadi anak yang
dewasa, dengan kedewasaan yang kau miliki saat ini sekarang kau dapat
menentukan mana yang baik dan buruk untuk dirimu” itulah kalimat yang mampu
membuat diriku terbebaskan dari penjara aturan-aturanmu.
Sekarang aku dapat bernafas dengan
lega.. aku dapat menghirup udara yang dulunya hanya sedikit aku peroleh… aku
dapat terbang kemanapun aku mau sekarang. Tidak ada yang melarang, tidak ada
yang marah, tidak ada yang kecewa semuanya membiarkanku untuk terbang jauh. Tapi aku salah, aku tak
mampu mengukur seberapa jauhnya aku terbang sehingga aku tersesat. Aku tak tahu
kemana arah jalan untuk kembali, aku takut. ini bukan aku… dimana ibuku?
Dimana larang-larangannya? Dimana tuntunannya? Dimana dia? dia selalu ada disaat
aku memperoleh kesulitan, sekarang
aku sedang memperoleh itu, tapi dimana dia? dia tidak berada disampingku..
IBU…. Dengar aku, “aku membutuhkanmu,
aku takut bu, dunia ini begitu kejam.., tidak ada seorangpun yang
memperdulikanku, mereka menganggapku tidak ada.. mereka semuanya begitu kejam”
dimana ibuku? Ibu yang selalu menyinari hidupku dengan kehangatan, aku lelah
bu… ayolah… seperti dulu lagi…. Marahi aku, larang aku, pukul aku, aku ikhlas
jika itu kau lakukan seumur hidupku… karena aku baru menyadarinya sekarang
bahwa yang kau lakukan itu benar-benar merupakan bentuk kasih sayang yang kau
berikan untukku. Kau takut jika kelak aku tersakiti, kau takut jika aku memilih
jalan yang salah, kau takut jika nantinya hanya ada penyesalan dikemudian hari.
Maaafkan aku bu…. Aku khilaf, sekarang
apa yang harus aku lakukan? Jawab aku bu…! Beri aku arah jalan agar aku kembali
kepangkuanmu. Bu… bangun… perdengarkan suaramu kepadaku… gerakkan tanganmu
untuk memukulku… buka mata mu untuk melihatku… jangan terlalu lama teridur bu,
aku sendiri… aku membutuhkanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar