Minggu, 18 Mei 2014

Rindu Pelukan Ayah Bunda

                              
   Namaku Syabyla, tapi aku biasa dipanggil byla. Aku anak yatim piatu yang hidup di keluarga sederhana, itu membuatku sadar akan kehidupan di dunia fana ini. Lahir pada 17 Januari 1996 dan usiaku sekarang menginjak 17 tahun. Sampai sekarang aku belum pernah merasakan pelukan dari seorang ayah dan bunda. Bahkan melihat wajah orang tua ku secara langsung juga gak pernah, hanya sebuah foto peninggalan mereka dari situ aku dapat melihat wajah orang tuaku. Kedua orang tuaku meninggal 15 tahun yang lalu tepat saat usiaku 2 tahun. Terkadang aku merasakan rindu yang begitu dalam pada mereka, tapi apa daya aku Cuma bisa menangis. Terkadang aku bertanya kepada diriku sendiri, “ kenapa Tuhan begitu cepat mengambil mereka? Apa aku gak berhak untuk bahagia?” begitu sayangnya Tuhan kepada mereka sehingga begitu cepat memanggil mereka kembali disisinya. Tapi, Setidaknya berikan aku kesempatan untuk merasakan hangatannya pelukan mereka.

   Aku selalu sendiri, aku membutuhkan kasih sayang dan perhatian mereka dimasa pertumbuhanku pada saat ini. Aku bagaikan tumbuhan kaktus yang berada di Gurun pasir yang luas. Yang hanya terik matahari, debu, dan kesunyian yang menjadi sahabatku disaat aku merindukannya.

   Pagi ini  terasa begitu sepi di sekolahku, padahal begitu banyak temanku yang sedang bercanda tawa Tetapi aku hanya merenung sampai aku tidak sadar dipanggil oleh temanku.
“Byla” Vika memanggilku begitu sangat keras
“iyah..” jawabku singkat dan kaget
“kamu kenapa?” tanyanya cemas
“aku gak kenapa-kenapa kok Vika”
Kok ngelamun sih dari tadi?” tannyanya penasaran
“bener Vika, aku gak kenapa-kenapa”

   Vika hanya terdiam mendengar penjelasanku dan langsung pergi meninggalkanku. Vika adalah sahabatku di sekolah, dia adalah teman yang baik dan care ama aku. Dia juga paling mengerti aku. Malam ini aku manginap dirumah Vika, jadi sehabis aku pulang sekolah aku langsung menuju kerumahnya.

“mah, Vika pulang” ucapnya sambil membuka pintu
“iyah sayang, langsung ganti pakaian terus makan” ucap mama Vika dari dapur
Aku dan Vika pun langsung ganti pakaian, dan langsung menuju meja makan untuk makan bersama.
“siang tante… masak menu apa hari ini tante? Harum banget” kataku sambil duduk dimeja makan.
“tante masakin mie tiauw goreng plus jamur goreng tepung kesukaan kalian berdua” ucap mama Vika sambil ngambilin mie dan jamur goreng ke piringku dan Vika.
“wahhh..  enak nih ma” ucap Vika sambil mamakan Mie
“he’egh tante, masakan tuaante emang top markotop deh” ucapku sambil mengunyah mie yang ada didalam mulutku
“Byla, pelan-pelan makannya dan jangan makan sambil bicara” mama Vika menasehati
“emang nih ma, sih Byla suka lupa kalau udah laper” ledek Vika
“hehhehe…” aku tertawa.

   Mama Vika emang baik banget, kadang aku ngerasa jealous sama sahabatku satu ini. Dia masih bisa ngerasain kasih sayang seorang mama,  pelukan yang begitu hangat dan support yang selalu diberikan oleh mamanya. Bahkan dia juga masih bisa mendengar nasehat dari malaikat dunuawi itu.

   Malam ini sangat dingin, sekarang sahabatku sudah tertidur dengan pulas. Tinggal aku yang menikmati sepinya malam ini. angin yang berhembus terasa menembus kedalam tulang-tulangku. Awan mendung yang gelap menutup semua bintang dilangit.  dari balik jendela kamar Vika  Aku hanya melihat bulan  yang cahayanya tidak begitu terang di langit yang luas itu. Tiba-tiba dering handphone menyadarkanku dari lamunanku ternyata kak Tasya yang menelponku. Dia kakakku aku memang gak hidup sebatang kara aku masih punya kakak yang peduli denganku. Sekarang Cuma dia yang aku punya dialah yang berperan menggantikan ayah dan bundaku.

“hallo..”
“Byla, kamu lagi dimana?” tanyanya cemas dari ujung telpon
“Byla lagi di rumah Vika kak, maaf Byla lupa kasih tau kakak”
“ya sudah, jangan buat mama Vika repot, dengan kehadiranmu disana” ucap kak Tasya
“iya kak” ucapku sambil menutup telpon

   Setelah menutup telpon aku juga langsung tidur dan masuk ke alam mimpiku, aku berharap dapat bermimpi bertemu dengan orang tuaku. Karena aku tau alam mimpi dalah alam dimana kita bebas berkhayal dan sesuatu yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata, dapat menjadi nyata di alam mimpi. Walaupun hanya dialam mimpi aku ingin sekali merasakan pelukan hangat orang tuaku.

   Pagi ini badanku begitu sangat lemas, bahkan untuk membuka mata saja aku tidak sanggup, badanku menggigil kedinginan.
“Byla, Vika bangun!” suara mama Vika terdengar dari balik Pintu
“iyah ma..” ucap Vika sambil membuka pintu
“Byla bangun!” suara Vika mencoba membangunkanku.

   Tetapi aku gak memberi respon apa-apa, Vika pun menghampiriku dan memegang keningku. Keningku yang panas membuatnya terkejut dan langsung berteriak memanggil mamanya.

“mama… Byla sakit” teriak Vika
Mama Vika langsung masuk ke kamar dan melihat kondisiku.
“Byla badan kamu panas” ucapnya cemas
“Byla gak papa tante” ucapku lemas
“kamu demam Byla, tante akan menelpon kakakmu”
“tante jangan, Byla gak mau liat kak Tasya cemas”
“yaudah, sekarang kamu minum obat dan istirahat” ucap tante sambil memberikan segelas air putih dan obat.

   Setelah minum obat aku pun tidur, ntah berapa lama aku tertidur ketika aku terbangun aku melihat kak Tasya, Vika, dan mamanya disamping tempat tidur. Ternyata Vika sudah menelpon dan memberitahukan kondisiku kepada kak Tasya.

“Byla sudah bangun, gimana masih sakit?” tanya kak Tasya begitu cemas
“udah agak mendingan kak” ucapku
“alhamdulillah”
“kak, Byla pengen pulang”
“Byla masih sakit, yakin mau pulang?” tanya Mama Vika
“iyah tante Byla rindu Ayah bunda”
“tapi Byl,” kata vika
“aku gak papa Vik, jangan khawatir “ kataku sambil mencoba tersenyum
“ya udah tante, Tasya ama Byla pamit pulang ya” ucap kak Tasya berpamitan
“yaudah, hati-hati ya”
“iya tante”

   Aku dan kak Tasya pun pulang kerumah, sesampai dirumah aku tidak langsung masuk kedalam. Aku melakukan kebiasaanku memandangi langit dan merasakan dinginnya angin malam. Kali ini aku tidak di temani dengan kak Tasya. Angin berhembus semakin kencang membuat aku merapatkan switer tebal warna biru kesayanganku. Malam ini langit begitu sangat terang, bintang-bintang menghiasi angkasa malam ini.

“bulannya terang ya Byl” ucap kak Tasya
“iyah kak, mungkin gak ya kak ayah dan bunda melihat kita dari surga” tanya ku sambil melihat kearah langit
“ayah dan bunda pasti sudah tenang berada di surga, dan mereka juga merasa bahagia karena mempunyai anak yang lucu dan gendut seperti kamu ini. Ledek kak Tasya
“ah kakak” ucapku sebel sambil tertawa kecil.

Itulah kehidupan yang tiada pernah memiliki kesempurnaan, Tuhan selalu berlaku adil kepada hamba-hambanya. Aku emang gak bisa untuk merasakan pelukan dan kasih sayang dari kedua orang tuaku, tapi aku memilikin gantinya yaitu kasih sayang kak Tasya beserta Vika dan Mamanya. Hal itu membuat aku menyadari akan hal itu. Dan aku sekarang telah mengetahui arti sesungguhnya sebuah kehidupan.



Tidak ada komentar: