Namaku Syabyla,
tapi aku biasa dipanggil byla. Aku anak yatim piatu yang hidup di keluarga
sederhana, itu membuatku sadar akan kehidupan di dunia fana ini. Lahir pada 17
Januari 1996 dan usiaku sekarang menginjak 17 tahun. Sampai sekarang aku belum
pernah merasakan pelukan dari seorang ayah dan bunda. Bahkan melihat wajah
orang tua ku secara langsung juga gak pernah, hanya sebuah foto peninggalan
mereka dari situ aku dapat melihat wajah orang tuaku. Kedua orang tuaku
meninggal 15 tahun yang lalu tepat saat usiaku 2 tahun. Terkadang aku merasakan
rindu yang begitu dalam pada mereka, tapi apa daya aku Cuma bisa menangis. Terkadang
aku bertanya kepada diriku sendiri, “ kenapa Tuhan begitu cepat mengambil
mereka? Apa aku gak berhak untuk bahagia?” begitu sayangnya Tuhan kepada mereka
sehingga begitu cepat memanggil mereka kembali disisinya. Tapi, Setidaknya
berikan aku kesempatan untuk merasakan hangatannya pelukan mereka.
Aku selalu
sendiri, aku membutuhkan kasih sayang dan perhatian mereka dimasa pertumbuhanku
pada saat ini. Aku bagaikan tumbuhan kaktus yang berada di Gurun pasir yang
luas. Yang hanya terik matahari, debu, dan kesunyian yang menjadi sahabatku
disaat aku merindukannya.
Pagi
ini terasa begitu sepi di sekolahku, padahal begitu banyak temanku
yang sedang bercanda tawa Tetapi aku hanya merenung sampai aku tidak sadar
dipanggil oleh temanku.
“Byla” Vika memanggilku begitu
sangat keras
“iyah..” jawabku singkat dan kaget
“kamu kenapa?” tanyanya cemas
“aku gak kenapa-kenapa kok Vika”
Kok ngelamun sih dari tadi?”
tannyanya penasaran
“bener Vika, aku gak
kenapa-kenapa”
Vika hanya
terdiam mendengar penjelasanku dan langsung pergi meninggalkanku. Vika adalah
sahabatku di sekolah, dia adalah teman yang baik dan care ama aku. Dia juga
paling mengerti aku. Malam ini aku manginap dirumah Vika, jadi sehabis aku
pulang sekolah aku langsung menuju kerumahnya.
“mah, Vika pulang” ucapnya sambil
membuka pintu
“iyah sayang, langsung ganti
pakaian terus makan” ucap mama Vika dari dapur
Aku dan Vika pun langsung ganti
pakaian, dan langsung menuju meja makan untuk makan bersama.
“siang tante… masak menu apa hari
ini tante? Harum banget” kataku sambil duduk dimeja makan.
“tante masakin mie tiauw goreng
plus jamur goreng tepung kesukaan kalian berdua” ucap mama Vika sambil
ngambilin mie dan jamur goreng ke piringku dan Vika.
“wahhh.. enak nih ma”
ucap Vika sambil mamakan Mie
“he’egh tante, masakan tuaante
emang top markotop deh” ucapku sambil mengunyah mie yang ada didalam mulutku
“Byla, pelan-pelan makannya dan
jangan makan sambil bicara” mama Vika menasehati
“emang nih ma, sih Byla suka lupa
kalau udah laper” ledek Vika
“hehhehe…” aku tertawa.
Mama Vika emang
baik banget, kadang aku ngerasa jealous sama sahabatku satu ini. Dia masih bisa
ngerasain kasih sayang seorang mama, pelukan yang begitu hangat dan
support yang selalu diberikan oleh mamanya. Bahkan dia juga masih bisa
mendengar nasehat dari malaikat dunuawi itu.
Malam ini
sangat dingin, sekarang sahabatku sudah tertidur dengan pulas. Tinggal aku yang
menikmati sepinya malam ini. angin yang berhembus terasa menembus kedalam
tulang-tulangku. Awan mendung yang gelap menutup semua bintang
dilangit. dari balik jendela kamar Vika Aku hanya melihat
bulan yang cahayanya tidak begitu terang di langit yang luas itu.
Tiba-tiba dering handphone menyadarkanku dari lamunanku ternyata kak Tasya yang
menelponku. Dia kakakku aku memang gak hidup sebatang kara aku masih punya
kakak yang peduli denganku. Sekarang Cuma dia yang aku punya dialah yang
berperan menggantikan ayah dan bundaku.
“hallo..”
“Byla, kamu lagi dimana?”
tanyanya cemas dari ujung telpon
“Byla lagi di rumah Vika kak,
maaf Byla lupa kasih tau kakak”
“ya sudah, jangan buat mama Vika
repot, dengan kehadiranmu disana” ucap kak Tasya
“iya kak” ucapku sambil menutup
telpon
Setelah menutup
telpon aku juga langsung tidur dan masuk ke alam mimpiku, aku berharap dapat
bermimpi bertemu dengan orang tuaku. Karena aku tau alam mimpi dalah alam
dimana kita bebas berkhayal dan sesuatu yang tidak mungkin terjadi di dunia
nyata, dapat menjadi nyata di alam mimpi. Walaupun hanya dialam mimpi aku ingin
sekali merasakan pelukan hangat orang tuaku.
Pagi ini
badanku begitu sangat lemas, bahkan untuk membuka mata saja aku tidak sanggup,
badanku menggigil kedinginan.
“Byla, Vika bangun!” suara mama
Vika terdengar dari balik Pintu
“iyah ma..” ucap Vika sambil
membuka pintu
“Byla bangun!” suara Vika mencoba
membangunkanku.
Tetapi aku gak
memberi respon apa-apa, Vika pun menghampiriku dan memegang keningku. Keningku
yang panas membuatnya terkejut dan langsung berteriak memanggil mamanya.
“mama… Byla sakit” teriak Vika
Mama Vika langsung masuk ke kamar
dan melihat kondisiku.
“Byla badan kamu panas” ucapnya
cemas
“Byla gak papa tante” ucapku lemas
“kamu demam Byla, tante akan
menelpon kakakmu”
“tante jangan, Byla gak mau liat
kak Tasya cemas”
“yaudah, sekarang kamu minum obat
dan istirahat” ucap tante sambil memberikan segelas air putih dan obat.
Setelah minum
obat aku pun tidur, ntah berapa lama aku tertidur ketika aku terbangun aku
melihat kak Tasya, Vika, dan mamanya disamping tempat tidur. Ternyata Vika
sudah menelpon dan memberitahukan kondisiku kepada kak Tasya.
“Byla sudah bangun, gimana masih
sakit?” tanya kak Tasya begitu cemas
“udah agak mendingan kak” ucapku
“alhamdulillah”
“kak, Byla pengen pulang”
“Byla masih sakit, yakin mau pulang?”
tanya Mama Vika
“iyah tante Byla rindu Ayah bunda”
“tapi Byl,” kata vika
“aku gak papa Vik, jangan
khawatir “ kataku sambil mencoba tersenyum
“ya udah tante, Tasya ama Byla
pamit pulang ya” ucap kak Tasya berpamitan
“yaudah, hati-hati ya”
“iya tante”
Aku dan kak
Tasya pun pulang kerumah, sesampai dirumah aku tidak langsung masuk kedalam.
Aku melakukan kebiasaanku memandangi langit dan merasakan dinginnya angin
malam. Kali ini aku tidak di temani dengan kak Tasya. Angin berhembus semakin
kencang membuat aku merapatkan switer tebal warna biru kesayanganku. Malam ini
langit begitu sangat terang, bintang-bintang menghiasi angkasa malam ini.
“bulannya terang ya Byl” ucap kak
Tasya
“iyah kak, mungkin gak ya kak
ayah dan bunda melihat kita dari surga” tanya ku sambil melihat kearah langit
“ayah dan bunda pasti sudah
tenang berada di surga, dan mereka juga merasa bahagia karena mempunyai anak
yang lucu dan gendut seperti kamu ini. Ledek kak Tasya
“ah kakak” ucapku sebel sambil
tertawa kecil.
Itulah kehidupan yang tiada
pernah memiliki kesempurnaan, Tuhan selalu berlaku adil kepada hamba-hambanya.
Aku emang gak bisa untuk merasakan pelukan dan kasih sayang dari kedua orang
tuaku, tapi aku memilikin gantinya yaitu kasih sayang kak Tasya beserta Vika
dan Mamanya. Hal itu membuat aku menyadari akan hal itu. Dan aku sekarang telah
mengetahui arti sesungguhnya sebuah kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar