Perpisahan adalah suatu proses dimana kita tidak dapat melihat, mendengar, merasakan sesuatu langsung melalui indra kita. Setiap orang memiliki berbagai macam makna dari suatu perpisahan, ada yang merasakan senang, sedih dan takut. Dari ketiga sifat tersebut yang paling sering dirasakan adalah sedih. Dan didalam prinsip diri aku sendiri tidak ada kata “perpisahan” aku membenci kata tersebut.. karena menurut aku perpisahan itu hanyalah sebuah tindakan konyol yang sangat lemah. Perpisahan bagiku hanya dapat dirasakan sekali oleh manusia yaitu ketika manusia tidak dapat menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dibumi ini lagi.
Tepuk tangan riuh terdengar didalam
kelas setelah aku membacakan definisiku tentang perpisahan.Terkadang aku juga
merasa bingung, aku merasa sedang tidak melakukan suatu hal yang menurutku
istimewa, tapi mengapa mereka dengan mudahnya memberikan aku applause, aku
hanya memberikan coretan yang aku sendiri tidak ketahui maknanya tapi mengapa
mereka seolah merasa takjub atas apa yang baru aku sampaikan sungguh suatu
tindakan yang tidak mencerminkan sebagai juri yang baik. Nilai 85 yang aku
peroleh diatas rata-rata temanku yang lain itu juga tidak mampu untuk membuat
diriku bangga akan hasil yang telah aku peroleh. Bagiku melakukan sesuatu yang
sangat mudah untuk dilakukan itu bukanlah suatu tindakan yang dapat untuk
dibanggakan.
Matahari telah berada di arah barat,
angin kini tidak lagi berhembus seperti biasanya yang dapat menghembuskan
ribuan abu kearah jendelaku hari ini alam telah berjanji untuk bersahabat
denganku, ku buka tirai jendela bunga-bunga menari kekanan dan kekiri, hewan
disekitarpun ikut memeriahkan sore ini. Ku pejamkan mataku sambil mengirup
udara bersih yang ada di sekeilingku, ini semua dapat menghapus kepenatanku
yang tejadi disekolah tadi. Dari
jarak 10 m terlihat segerombolan anak yang sedang bersepeda, mereka terlihat
begitu sangat bahagia, tidak terlihat setitik bebanpun yang sedang mereka
tanggung, senyum ikhlas ditambah candaan mereka itu menjadi nilai tambah untuk
meyakinkanku bahwa mereka tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan.
“It's crazy how much things has changed since last year, I just wanna my life will be better then yesterday” canda yang baru saja mereka perlihatkan kepadaku membuat aku kembali
mengingat apa yang telah terjadi setahun lalu terhadap diriku. Jika saja pada
waktu itu aku tidak memaksanya untuk menjemputku disekolah mungkin ini bakalan
tidak terjadi. Aku marah akan keegoisanku aku marah mengapa aku tidak dapat
menentang keegoisanku ini, aku marah mengapa aku baru menyadarinya setelah
semua itu terjadi. Sekarang tinggal bayang-bayang penyesalan itu yang selalu
menghantuiku. Aku semakin tidak mengenal diriku bahkan sekarang hampir
sepenuhnya, aku merasa ada sosok lain yang telah menggantikan jiwa ini.
“Ria tutup jendelanya udah ditungguin
ama papa tuh untuk makan malam”
10 menit setelah mama memanggilku baru aku keluar
dari kamar menuju meja makan, ini sudah menjadi kebiasaan yang aku lakukan
ketika tiba waktu makan malam, aku ingin selalu dianggap oleh papa dan mama
dengan menungguku di meja makan itu membuat aku percaya jika aku dianggap ada
oleh mereka dirumah ini. Sebenarnya sikap itu bukanlah sikap murni yang
dimiliki oleh diriku, sekarang aku begitu sangat berbeda dengan aku yang
setahun lalu tepatnya sebelum kejadian itu terjadi.Sekarang aku tidak pernah
merasakan akan kebahagiaan itu lagi, aku juga tidak pernah untuk tersenyum,
tidak ada lagi kata-kata yang mengucapkan salam ketika berkumpul dimeja makan,
aku sekarang merasa lebih nyaman jika aku hanya berdiam diri tidak mengucapkan
kata-kata yang menurutku itu tidak penting tapi penting untuk orang yang ada
disekelilingku. Aku selau membuat mereka mencemaskanku, hal itu aku lakukan
dengan sengaja aku berharap dengan kecemasan dan perhatian dari mereka itu
dapat mengembalikan jiwaku seperti sebelumnya.
Ayam goreng crispy makanan kesukaanku
itu telah tertata rapi didalam piring putih yang lumayan besar, mama selalu
menyediakannya untukku pada saat waktu makan, mama juga sering marah sama papa
jika papa ingin mengambil sebagian dari ayam itu. Mama langsung mengangkat
piring yang berisi ayam tersebut sambil mengatakan “jangan diganggu ini punya
Ria, ntar dia kurang” aku
tak pernah lagi untuk makan bahkan menyentuh ayam itu, aku selalu mengambil menu
lain yang disediakan mama dan membiarkan ayam itu untuk tidak dimakan. Tapi
tidak pernah sedikitpun ketika makan tidak ada menu ayam chrispy di mejamakan.
Mama selalu menyediakannya untukku dan mama tidak pernah merasa lelah untuk
masak ayam itu walau aku tidak memakannya.
“malam sayang, gimana tadi disekolah?
Ada pelajaran yang sulit? Kamu dapat nilai berapa tadi disekolah? Atau ada
materi baru yang di pelajari?” aku hanya diam dan langsung duduk di kursi
sambil memegang gelas dan menuang air putih di gelasku, aku bahkan tidak
merespon pertanyaan-pertanyaan dari papa tadi. Mama telah mempersiapkan nasiku
di dalam piring dan tentunya ayam goreng chrispy itu sudah berada didekatku.
Seperti biasa ayam itu bahkan tidak sedikitpun aku sentuh, aku malah mengurangi
porsi nasi yang ada didalam piringku. “loh, kok dikurangi sayang? Itukan
nasinya gak banyak jangan dikurangi lagi ntar kamu malah sakit” “ketika mengurangi porsi makan dan
menyebabkan aku sakit, apa itu suatu tindakan yang dapat membuat kita berpisah?
Enggak kan? Aku masih disini mah, aku tidak akan pergi dan tidak ada kata
perpisahan diantara kita jika aku hanya mengurangi porsi makan aku ini, dan
mengapa bukan aku saja yang menggantikan dia? Toh aku hanya dapat membuat
masalah untuk semuanya” “stop
sayang! Jangan bahas masalah itu lagi, yang lalu biarlah berlalu, Tuhan telah
merencanakan ini semua dan Tuhan memiki maksud dari semua ini. Ingat setiap
cobaan yang diberikan Tuhan kepada hambanya pasti memiliki suatu sisi yang
tentunya itu terbaik untuk kita. Kamu masih memiliki papa dan mama yang selalu
menyayangimu sampai kapanpun” papa langsung memelukku, aku tidak
dapat menahan diri ini untuk menghindar, aku merindukan semua kehangatan dari orangtuaku
sehingga aku hanya bisa mernangis diatas bahu papa dan mama juga ikut memelukku.
Aku juga bingung mengapa aku masih
throma dengan masalah itu, padahal kejadian itu terlah berlalu setahun yang
lalu. Meskinya aku dapat move on dari semua ini tapi aku tidak bisa, aku telah
berusaha melakukkannya, semakin aku mencoba untuk melupakannya semakin hati ini
tidak dapat melepasnya. Aku merasa jika dia
itu adalah racun yang telah
menyatu dengan darahku jadi ketika aku mencoba untuk melepasnya aku merasakan
rasa yang begitu amat sakit mungkin karena jantungku tidak dapat memompa darah
karena darah yang aku miliki telah aku buang, jadi aku tidak bisa melakukannya.
Namun, jika aku biarkan racun ini dapat terus menyebar keseluruh organ tubuhku. aku harus memilih yang mana?
Kedua pilihan ini sama-sama dapat membuat aku pada akhirnya mati hanya waku
saja yang membedakannya.
Aku menyesal mengapa dia singgah didalam
hidupku, mengapa dia memberikanku kebahagiaan yang pada akhirnya akan
menaburkan luka yang begitu sangat perih. Aku mengetahui itu, jika akulah
penyebab utamanya dia pergi. Aku terlalu memaksakan kehendakku, aku tidak
pernah memikirkan akan dampak yang akan terjadi pada dirinya.. aku membenci
diriku, aku merasa selalu dibaayang-bayangi dengan rasa bersalah. Meskipun papa
dan mama telah berulang kali mengatakan ini bukanlah kesalahanku, hanya takdir
saja yang menghendaki ini semua. Tapi aku tetap tidak percaya, aku percaya
dengan takdir. Tapi takdir terjadi dikarenakan atas suatu tindakan yang
dilakukan oleh manusia itu sendiri. Dengan kata lain, akulah yang menyebabkan
takdir itu terjadi.
Aku dan dia memiliki kenangan-kenangan
yang begitu indah, dia selalu mengisi ruang kekosongan didalam hidupku.
Senyumnya, candanya, perhatiannya membuat aku larut. Awalnya aku sangat tidak
menyukainya, karena pada saat itu dia adalah murid baru disekolahku. Gayanya
yang sok sebagai orang genius itu yang sangat aku benci, dan ketika pada saat
jam pelajaran dia selalu cari perhatian kepada guru dengan cara mengerjakan dan
mencawab setiap soal dan pertanyaan dari guru, padahal itukan jatah aku, akulah
murid yang paling pintar disekolah. Aku sangat membenci jika ada yang dapat
menandingiku baik itu cwe maupun cow. Tapi dia telah merubah semuanya dia telah
merebut posisiku disekolah. Guru-guru udah enggak respect ama aku. Dia juga
berhasil menjadi idola baru disekolah. Dan aku semakin tidak tahan dengan ini
semua, jadi ketika waktu istirahat aku manghampirinya di perpustakaan.
“hey Tyo… sebenermya apasih maksud lo ?”
“maksut apa ya”
“halah.. lo jangan pura-pura gak tau, lo udah rebut
posisi gue di sekolah ini, sebenarnya lo gak harus pindah kesekolah ini, itu
sama aja lo telah ngerebut hak kebahagiaan orang lain”
“hak dan kebahagiaan orang lain? Aku gak pernah
ngelakuin itu”
“apa lo bilang lo gak pernah ngelakuin itu? Jadi
yang sedang lo lakuin ini sekarang apa? Lo udah rebut posisi gue sebagai murid
paling pinter disekolah ini dan lo juga udah rebut perhatian guru-guru dari gue” aku tidak mengerti pesona
apa yang telah dipancarkannya, sehingga aku tak mampu untuk melanjutkan
unek-unekku lagi terhadapnya, dan tanpa disadari air mata ini telah membasahi
pipiku.. aku sangat shock dengan kejadian itu aku tidak dapat mengontrol
emosiku dengan baik.. aku benci air mata dan aku sangat jarang untuk menangis,
aku membenci sebuah tangisan karena aku merasa jika airmata dapat menjadi
simbol kelemahan manusia.. aku langsung pergi darinya, dengan kata-kata
terakhirku
“puas lo kan!!”
Tapi begitu aku akan meninggalkannya dia langsung
menarik tanganku dan memelukku. Aku tidak dapat memberi respon apa-apa, aku
merasa jika dunia telah berhenti untuk sesaat. Dan aku sadar jika aku sedang
berada dipelukannya. “lo….?
lepasin gue”
“enggak Ria, aku gak akan lepasin kamu sebelum kamu
mau dengarin penjelasan dari aku”
“apa lagi yang lo mau jelasin, ini udah cukup untuk
menjadi penjelasan, sekarang lo lepasin gue, sebelum gue teriak”
“teriak aja, toh ntar kamu juga yang malu”
“ok. I’ll hear your explain. puas loh? "
“that’s good baby” dia
langsung melepaskan pelukannya dari diriku dan kami duduk dikursi didekat pintu
perpus.
“Ria, aku gak pernah bermaksud untuk merebut hak dan
kebahagiaan kamu, karena Tuhan telah menentukan setiap hak dan kebahagiaan
manusia, jadi buat apa aku merebutnya dari kamu”
“ya.. Tuhan telah memberikan hak dan
kebahagiaan kepada setiap manusia, namun hak dan kebahagiaan itu gak datang
dengan sendirinya dari langit. Pasti membutuhkan usaha dan kerja keras jika
ingin memiliki itu. Dan lo telah melakukan usaha lo untuk memperoleh
kebahagiaan dengan cara merebut kebahagiaan orang lain”
“aku engggak pernah melakukan itu.. dan aku gak
memiliki rencana untuk melakukan itu, aku hanya mengikuti setiap prosedur yang
telah ditetapkan dan apa itu salah jika aku melaksanakannya?
“tapi cara lo itu berlebihan”
“ok Ria, aku enggak mau ribut sama kamu, dan boleh
jujur hati aku merasa sakit jika melihat kamu menangis, dan aku akan mengurangi
caraku jika itu menurut kamu berlebihan”
“oklah jika lo mau nyadar” dan
karena kejadian itu kamipun semakin dekat, dia juga jarang menjawab pertanyaan
dari guru sebelum aku yang menjawab pertanyaan tersebut dan pada akhirnya
peringkat satu masih berhasil aku pertahankan dan dia memperloleh peringkat
dua. Kami sering belajar bareng, jalan bareng dan ketika disekolah kami
digosipin sedang pacaran. Aku enggak tau apa hubungan kami itu disebut sebagai
pacaran, dan tidak pernah ada kata-kata cinta diantara kami. Kami hanya saling
berbagi aku selalu curhat kepadanya jika aku dirumah dilarang mama untuk minum
ice karena penyakit aku yang menurut aku gak berbahaya hanya Amandel. Tapi setiap
aku curhat ama dia tentang itu dia selalu berada dipihak mamaku.. tapi anehnya
jika mama melarangku untuk minim ice masih aku tentang tapi jika dia yang
melarangnya aku langsung menuruti kata-katanya. Aku juga bingung… dia sih… fisikly lumayan. jadi wajar
aja jika cwe-cwe disekolah suka gosipin dia, tapi anehnya dia gak mau bergaul
dengan orang lain disekolah selain denganku.
Pagi itu kami janji mau berangkat bareng kesekolah,
pukul 06:30 aku sudah berangkat dari rumah dan seperti biasa aku menunggunya di
depan komplek rumah aku, rumah kami jaraknya tidak begitu jauh hanya beda satu
komplek, jadi ketika ingin pergi bersama aku selalu menunggunya disitu. 20
menit aku menunggunya tapi dia masih belum kelihatan diujung jalan, sampai 35
menit berlalu dan dia juga belum kelihatan. Dengan perasaan yang sangat
kecewa+marah aku mengayuh sepedak dengan kencang.. “aku paling benci jika
dikecewakan, pasti dia udah bareng cwe lain berangkat kesekolah sampe-sampe
lupa sama aku, awas aja jika ketemu aku disekolah” kata-kata itulah yang selalu
aku ucapkan sepanjang jalan sampai tiba disekolah. Aku langsung menuju kekelas,
dan ketika tiba di kelas dia belum berada dikelas itu berarti dia belum datang,
karena jika dia sudah datang dia pasti langsung menuju kekelas dan berdiam diri
di bangkunya. tapi kali ini dia gak ada sampai pada saat jam pelajaran dimulai.
Bu Tesya menanyakan dia “loh Tyo kemana?”
“gak tahu buk, tanya aja tuh ama pacarnya” jawab
temanku yang lain
“tyo kemana Ria?” “gak tau buk bukan urusan saya” langsung semua teman-teman pada
bisik-bisik, gak tau apa yang sedang mereka bicarakan…
Keesokan harinya Tyo juga enggak datang
kesekolah dan masih gak ada kabar darinya. Sampai 4 hari telah berlalu semuanya
pada tidak mengetahui kabar tentang Tyo, aku semakin marah.. kenapa Tyo gak
kasi kabar ke aku? Aku putuskan pulang sekolah kerumah dia, aku merasa aneh..
mengapa rumah dia sangat sepi, dan hanya ada pembantunya dirumah.
“bi… “ “iya neng” “Tyo nya ada?”
“e..e..e..” “e..e.. apa bi? Aku
tanya tyo nya ada”
“e..e… ada neng” “panggilin
dia bilang aku nyariin dia!”
“tapi den Tyo nya bilang gak mau diganggu.” “termaksud sama aku juga?”
“iya..” “bi..
tolong sampein ama Tyo jika dia gak jemput aku di sekolah besok, aku gak akan
mau ketemu ama dia lagi” aku langsung pulang sambil marah-marah gak jelas
dijalan”
Dan keseokkan harinya, bel pulang pun telah berbunyi, aku
langsung mengambil sepedaku di parkiran aku langsung menuju pos satpam
disinilah tempat dimana kami bertemu jika ingin pulang bersama. Aku menunggu
Tyo, aku sangat yakin jika hari ini Tyo bakalan
nemuin aku karena Tyo tau banget sifat aku. Aku gak suka jika aku dikecewakan
dan aku bakalan enggak pernah maafin seseorang yang udah buat aku kecewa. Aku merapikan
rambut aku yang sedikit acak-acakan aku udah siapin ekspresi jika Tyo ntar
nyamperin aku. Aku pengen pasang wajah kangen tapi kesannnya marah. Dari tadi
malam aku udah pikirin tentang ini, aku juga pengen jika kesannya natural. Tapi
sepertinya aku bakalan marah beneran sama Tyo karena udah satu setengah jam aku
nungguin dia tapi dia gak kunjung juga datang. Pada saat itu sekolah udah sepi
hanya tinggal pak satpam aja yang lagi keliling-keling sekolah. Aku ngerasa
jika aku telah diserang oleh ribuan serangga yang membuat semua tubuhku terasa
perih. Sampe-sampe perihnya kemata, mataku tanpa bisa diajak berunding langsung
ngeluarin air mata. Aku membencinya sejak mengenalnya aku sering mengeluarkan
air mata. Siapa sih dia? Kenapa dia bisa membuat aku menjadi seperti ini.
Dengan kekecewaan yang begitu sangat membara aku langsung mengayuh sepeda dan
langsung pulang. Ketika aku
sedang didalam pejalanan aku melihat sekerumunan orang sedang mengerumuni
seseorang mungkin dia korban dari tabrak lari, aku tidak terlalu memperdulikan
hal itu karena aku merasa jika aku sedang mengalami suatu masalah yang lebih
penting lagi. Aku terus mengayuh sepeda dengan cepat aku berjanji tidak akan
mengingat dan menanti dia lagi. pikiran akan dirinya telah aku buang di tempat
sampah sekolah sehingga bayangan akan dirinya tidak akan aku bawa hingga
kerumah.
Bantingan pintu yang begitu sangat
keras membuat mama sangat terkejut, sehingga mama menghampiriku di kamar.
“sayang, kamu kenapa?”
“aku gak pa-pa mah, aku Cuma mau sendiri” “oh yaudah itu ayam goreng kesukaan
kamu udah mama siapin jangan lupa makan ya!” aku tidak memperdulikan apa yang
dibilang mama, yang aku rasakan sekarang hanya bingung aku telah membuang semua
tentang dirinya tadi ditempat sampah sekolah, tapi kenapa aku sampai sekarang
masih memikirkan akan dirinya? tapi aku gak perduli aku harus segera
melupakannya. Aku pun terlelap tertidur dengan posisi masih menggunakan pakain
sekolah dan sepatu yang masih aku kenakan, sekarang jam telah menunjukan pukul
empat dan akupun terbangun dari tidur yang singkat ini aku melihat ponselku 8
panggilan tidak terjawab dan satu pesan, aku mengabaikan pesan masuk diponselku
dan aku melihat ternyata
yang nelfon adalah ibu Tesya wali kelas aku, hemh… “tumben nih Ibu guru nelfon,
apa lagi kebanyakan pulsa kali ya..” aku langsung meletakkan ponsel diatas
tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.. “ngerasa fresh banget udah siap
mandi aku merasakan jika tyo telah hilang dan pergi menjauh dari hidupku
bersama dengan kuman-kuman yang telah aku siram dengan air hangat, dan dia
sekarang telah pergi keselokan… “Tyo, denger nih kata-kata gue, gue gak bakalan
inget lo lagian buat apa lo
gue ingat toh lo aja gak inget ama gue” aku
berulang kali mengatakannya sambil mengambil ponselku tadinya mau dengerin
lagunya justin bieber yang beauty and a beat tapi sebelum aku menuju menu music
ada satu pesan yang menghalangiku terpaksa aku buka dulu deh pesan tersebut.
“Assalamualaikum Ria, ini bu Tesya ibu Cuma mau ngucapin turut berduka cita,
yang sabar ya! Sesuatu yang datangnya dari Allah akan kembali juga padanya” serrrr…. Darah dan jantungku bereaksi
dengan bersamaan sehingga membuat aku sedikit sulit untuk bernapas. Aku sangat
bingung dengan pernyataan Ibu Tesya ini aku langsung menelfonnya untuk menjawab
atas rasa bingung dan penasaran aku ini. “halo bu, saya gak mengerti atas pesan
yang ibu kirimkan kepada saya, apakah ibu bisa menjelaskannya?”
“loh.. emang nya kamu belum mendapat
kabar ya?” “kabar
apa bu? Please deh jangan buat Ria jadi tambah penasaran langsung aja to the
point buk!” “begini
Ria, Tyo telah tiada” telah
tiada? apa yang sedang dimaksudkan oleh guru ini, aku semakin tidak sabar atas
info yang sama sekali gak jelas ini, aku ingin mengakhiri panggilan ini, tapi
melihat disisi lain jika dia adalah wali kelasku. “buk, sebelumnya maaf ya..
saya udah gak mau ngebahas tentang TyO lagi, dan Tyo emang udah tiada dari
hidup saya, jadi tidak ibu beri tahu saya juga sudah tau karena saya yang telah
menyebabkan Tyo tiada…. “ langsung
saja kata-kata ku dipotong sama guru ini. emang dasar gak sopan orang lagi
bicara udah seenaknya dipotong-potong emang cake apa.. “tunggu Ria, ibu belum selesai bicara
dan ibu yakin jika kamu tidak mengetahui berita duka ini, jadi ibu mohon
dengerin Ibu… Tyo telah meninggal dunia tadi siang pukul 02:00 dan ia meninggal
ketika sedang bersepeda. menurut otopsi dokter dia meninggal karena penyakit
yang telah dideritanya sejak lama yaitu kanker darah, dokter telah memvonis nya
jika dia tidak akan lama lagi hidup didunia ini, segala macam cara telah
dilakukan termasuk mengistirahatkan nya secara total dirumah, namun dia
melanggar ini dia malah bersepeda sehingga naas telah menjemputnya”
…. Aku hanya bisa terdiam bersama
dengar airmata yang telah membasahi pipiku, aku tak mampu berkata apa-apa namun
aku tetap berusaha untuk mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa pada saat
itu, akhirnya aku berhasil menanyakan satu pertanyaan “bu.. Tyo meninggal saat bersepeda dimana?” “di jl. Teuku Umar, dan sekarang
beliau sedang menuju ke Banjarmasin karena beliau berpesan ingin dimakamkan
disana bersama dengan Alm kakek dan neneknya” ponselku langsung terjatuh dan aku
tidak memperdulikan keadaan sekitar lagi, aku hanya dapat menangis… aku merasa
sangat bersalah Tyo
Meninggal karena aku, aku lah yang menyebabkannya meninggal, jika saja aku
tidak ngotot untuk bertemu denganya sehabis pulang sekolah pasti ini tidak akan
terjadi, pasti dia tidak melanggar apa yang telah di sarankan oleh dokter,
pasti dia masih bisa beristirahat dirumah, pasti kami akan bertemu lagi, pasti
dia tidak akan meninggal secepat ini.. aku membenci sangat membenci diriku, aku
membenci akan kata – kata yang mengataknnya telah tiada dari hidupku dan telah
pergi bersama kuman-kuman itu.. aku seharusnya tidak mengatakan itu sekarang
kata-kata itu benar menjadi kenyataan aku bahkan tidak dapat melihatnya untuk yang terakhir kali,
kegeoisan yang tak pernah habis ini yang pada akhirnya menyebabkan suatu
penderitaan yang begitu panjang, kesenangan yang hanya dapat dirasakan untuk
beberapa saat mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar