Minggu, 07 Juni 2015

Perjalanan yang memiliki makna arti dari kehidupan


    Aku jack, sekarang aku adalah seorang dosen dan juga aktif di dalam bidang Indonesian Red Cross Society. Menjadi seorang dosen dan juga ikut perperan aktif di bidang Indonesian Red Cross Society bukanlah cita-citaku sejak kecil. Aku bukan keturunan asli Indonesia, Mamiku berdarah Indonesia dan papi berdarah Turki. Menjadi orang yang berdarah campuran tidaklah mudah, sewaktu aku sekolah hingga kuliah teman-teman sering mengucilkan walaupun itu hanya sebagai lelucon semata buat mereka. Dulunya sih aku marah ketika mereka mencelaku dengan berbagai celaan, seperti bule palsu, pengembala unta dan masih banyak lagi, seiring dengan berjalannya waktu itu membuat aku terbiasa dengan celaan mereka.

     Aku sering merasa kesepian baik di rumah maupun diluar rumah, papiku tidak tinggal di Indonesia dia menetap di Turki bekerja sebagai manager Industri di salah-satu perusahaan di Turki, sedangkan Mamiku adalah seorang designer dan aku terlahir sebagai anak semata wayang. Mungkin itulah salah-satu hal yang menyebabkan aku kesepian jika sedang berada dirumah. Namun berbeda ketika aku berada diluar rumah, sebenarnya sih sama saja aku juga tetap merasa kesepian, namun hal yang membedakan adalah penyebab dari kesepian aku ini. Aku sangat jarang untuk bergaul, bukan karena tidak ada yang mau menemaniku, apa lagi dengan kondisi Financial ku tentunya banyak yaang ingin berteman denganku. Hanya saja aku tidak suka menghabiskan waktu untuk hal-hal yang menurut aku tidak memiliki manfaat. 

    Menurutku dengan memiliki banyak teman akan memiliki dampak munculnya problem-problem baru. Itulah alasanku untuk tidak terlalu dekat dengan siapapun. Hari itu tepatnya tanggal 26 Agustus 2013, aku telah menyelesaikan program pendidikan s1 di Surabaya, aku merasa masih memiliki ilmu yang sangat sedikit jadi tawaran papi untuk ikut bekerja dengannya di Turki aku tolak, begitu juga degan tawaran mami.. aku memang pintar didalam bidang melukis mungkin bakat ini aku peroleh dari mami, tapi bukan itu tujuanku. Aku sama sekali tidak memilih mengikuti jejak mami ataupun papi. Aku masih bingung dengan diriku, aku berbeda, sangat berbeda dengan teman-temanku yang lain. Mereka akan melakukan pekerjaan walaupun pekerjaan tersebut bertolak belakang dengan cita-cita dan hobi mereka selama ini.

    Aku membenci itu, menurutku suatu pekerjaan itu harus dikerjakan sesuai dengan hobi dan impian kita selama ini, jika pekerjaan tersebut bertolak belakang dengan itu semua maka diri kita sendiri yang akan merasa tersiksa. Jadi itu alasanku untuk menolak tawaran papi dan mami. 1,3,5, hingga 6 bulan aku juga belum menemukan pekerjaan yang sesuai dengan diriku. Jadi aku hanya jalan-jalan untuk mengisi waktuku. Mami dan papi tidak memaksaku untuk harus menemukan pekerjaan, tapi hal yang tidak aku suka di Indonesia ini adalah ketika kita telah selesai menanam sesuatu namun kita tak mampu memetik hasilnya itu bakalan menjadi hujatan orang-orang sekitar. Padahal ketika aku belum menemukan pekerjaan aku selalu melakukan hal-hal positif seperti menjadi donatur diberbagai pantai asuhan. Tapi itu juga dipandang buruk oleh masyarakat, aku dibilang hanya mampu menghabiiskan apa yang ditanam oleh kedua orang tuaku. Padahal sama sekali aku tidak berniat untuk melakukan itu, uang yang aku donasikan itu uang jajanku dari mami dan papi, jadi itu sudah menjadi hakku aku sama sekali tidak pernah meminta uang dengan orantuaku untuk hal-hal seperti itu, tapi masyarakat selalu melihat dan berbicara tanpa pernah menyelidiki.

   Telingaku pun merasa panas akan gunjingan-gunjingan dari masyarakat, sehingga aku putuskan untuk berlibur keluar Negri tepatnya di Turki. Setelah sampai di Turki aku menyewa satu Apartemen yang lumayan mewah, apartemenku menghadap kearah barat bertepatan dengan pantai yang begitu eksotik, aku merasa sangat tenang disini.  Dan aku tidak memberitahu papi jika aku sedang berada di Turki sekarang. Tidak ada yang menghujatku ketika aku tidak memperoleh pekerjaan orang-orang selalu di sibukan dengan kesibukan masing-masing aku akan merasa betah di sini.

   Setelah berada dua hari di Turki, pagi itu aku berniat untuk mengelilingi kota Turki. Semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang mau berangkat bekerja, pergi kesekolah semuanya terlihat sibuk. Tetapi dibalik kesibukan dan keindahan kota tersebut aku menaruh simpatik dengan salah seorang anak yang ada di pinggiran jalan tersebut, keindahan kota ditambah kesibukkan orang-orang di sekitar kota  teralihkan oleh anak tersebut. Aku langsung menghampirinya, tapi sialnya disaat aku ingin menyebrang jalan anak tersebut telah pergi  ntah kemana, aku berusaha mencarinya tapi tidak juga aku temukan jejaknya.

   Akupun memberhentikan pencarianku terhadapnya, mengingat hari sudah siang aku kembali ke Apartemenku. Aku masih sangat penasaran dengan sosok anak tersebut, aku merasa tidak asing dengan anak itu, aku seperti memiliki tekanan batin dengannya tapi kapan? Dan dimana aku bertemu dengannya sebelumnya ini masih menjadi teka-teki yang begitu sangat sulit dan tidak dapat aku pecahkan. “tidak, disini aku ingin liburan jadi aku tidak boleh membebankan pikiranku untuk hal seperti itu” akupun mulai menghapus bayangan anak tersebut.

   Kehangatan cuaca ditambah segelas anggur dan alunan music slow membuat pikiran ini menjadi begitu sangat tenang. Tapi mengapa sangat gelap dan begitu sangat banyak api disini, semua orang pada berlarian kebarat, ketimur, selatan semuanya berhamburan mencari tempat yang tidak mengeluarkan sumber api,  “ini gila.. percuma mereka melakukan itu toh mereka juga nantinya akan terbakar dan menjadi abu atau tertimbun dengan bangunan tersebut”. Aku merasa sangat terkejut disaat kejadian yang seperti ini masih ada orang yang mampu  mengatakan seperti itu. Memang iya jika difikir secara logika usaha mereka akan sia-sia, mereka juga nantinya akan mati, tapi mereka pasti berfikir sama denganku, “adakah kematian yang lebih baik” kematian yang dimana datangnya tidak dapat diduga dan kematian yang tidak menghancurkan serta menghabiskan darah. Itulah yang mereka inginkan, jadi itu wajar jika mereka berusaha untuk menyelamatkan diri masing-masing. Tuhan juga tidak tidur, tuhan menyaksikan ini. Tuhan akan membantu manusia yang berusaha, jadi mereka percaya jika ada keajaiban yang dapat memadamkan tidak tapi setidaknya masih tersisa tempat yan belum terbakardari bangunan.

   Aku pun berusaha untuk berlari… aku tidak mengetahui arah tujuan aku berlari, aku hanya mengikuti perasaan yang aku rasa menuntun dan memberikan arah jalan. Semua orang berteriak “ALLAH, ALLAH, ALLAHUAKBAR” teriakan itulah yang sempat aku dengar… aku berusaha untuk terus berlari…. Aghh… kakiku, kakiku tertimpa kayu yang lumayan besar, aku berusaha mengeluarkan semua tenagaku untuk mengangkat kayu tersebut, tapi aku tak mampu, aku berusaha meminta pertolongan kepada orang lain, dan tidak ada satupun yang berniat untuk membantuku. Sekarang aku merasa begitu sangat lemas, tapi aku memiliki sifat yang tidak begitu saja langsung menyerah aku berusaha mengangkat kayu itu dengan tanganku yang terkena luka bakar ini, “Allahuakbar…” akhirnya kayu itu berhasil aku singkirkan dari kaki ini, aku langsung mengucap syukur dan bergegas untuk bangkit.. duar.. suara yang begitu gemuuruh terdengar didepanku.. pada saat itu juga orang-orang teluntar.. mereka seperti muntahan magma yang penuh dengan api.  Melihat kejadian tersebut aku hanya mampu terdiam airmata ini juga menemani terdiamnya aku. Aku begitu sangat shock, aku tidak pernah sebelumnya melihat kejadian ini. Aku berasal dari keluarga yang sangat bahagia, hampir dipastikan aku tidak pernah melihat pertengkaran apalagi sampai harus menumpahkan bagitu banyak darah. Tapi saat ini aku mengalaminya, aku tidak bisa membayangkan akan jadi apa diriku jika kayu itu tidak menimpa kaki ini, pasti aku akan bernasip naas sama seperti mereka.

    Semangatku kembali datang aku kembali mempunyai tenaga untuk meninggalkan tempat ini, Tuhan telah memberikan pertolongan kepadaku dan itu artinya tidak menginginkan nyawaku sekarang aku harus bisa berusaha untuk selamat dari bencana ini. Aku mulai berjalan sambil sedikit berlari meninggalkan tempat itu, sekarang aku memutar arah tujuanku aku kearah barat sekarang, aku berharap itu adalah arah jalan yang tepat.

   Tapi dugaanku salah dari jarak 15m aku melihat betapa tragisnya mereka, harus merasakan kematian yang begitu sangat tragis, mereka tergulung dengan api, sekarang mereka terlihat hanya seperti sampah-sampah yang tidak memiliki arti, mereka bersatu dengan api mencari arus untuk meluluh lantahkan kota ini. Aku langsung berlari, sekarang aku tidak merasa sakit walau telah banyak luka bakar disekujur tubuhku. Aku hanya berharap aku mampu keluar dari bencana ini dengan keadaan selamat.

   Tapi langkahku terhenti disaat aku melihat anak itu, anak yang tadi siang aku lihat, dia menangis didepanya terlihat seorang perempuan separuh baya yang tergeletak, “mama..” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut munyil tersebut.. aku berusaha untuk menolongnya, karena jika dia tidak cepat untuk pergi dari tempat itu, maka api itu akan menghanguskan tulang-tulang kecil itu. Aku dengan segera mungkin berusa menolongnya.. aku berteriak… “go… go.. from here..go… you will die go…..” g. belum sempat aku melajutkan kata-kata itu, gadis itu telah disambar api.. kini dia menghilang semuanya penuh dengan api.. aku menjerit.. aku merasa bersalah aku membiarkan seorang gadis kecil untuk mati dengan cara seperti ini. duarrr….. aku terbangung dari tidur, suara ban mobil pecah tersebut membangunkanku dari tidur.. aku merasa sangat sesak, aku tidak bisa bernapas dengan normal. Kucurah segelas air putih dan dengan tangan yang mengeletar memegang gelas tersebut aku mencoba meminumnya dan berusaha untuk tenang… “ternyata aku hanya bermimpi, tapi mengapa aku dapat memimpikan hal yang begitu sangat menyeramkan, dan gadis itu.. mengapa dia ada didalam mimpi ini?” aku berusaha untuk memikirkannya, dan aku merasa begitu tidak tenang mimpi itu telah membuat hidupku dibayang-bayangi rasa bersalah sekarang.

   Aku pun keluar untuk mencari udara segar sekarang telah pukul 6, dan kota itu juga telah mulai ramai dipenuhi oleh orang-orang yang akan melakukan aktifitasnya. Aku berjalan terus lurus menelusuri jalanan ramai tersebut, pikiranku ini masih kacau dikarenakan mimpi yang aku alami tadi malam. Setiap sudut jalanan tersebut aku perhatikan dengan sungguh-sungguh, aku berharap dapat menemui anak itu, mungkin dengan menemui anak tersebut aku dapat menjawab rasa penasaran ini.

   Sialnya aku tidak melihat anak itu, berhubung hari sudah semakin siang dan perut ini sudah mulai keroncongan aku memutar arah kembali untuk ke apartment. Sandwich dan segelas susu cukup untuk membuat penduduk di perut ini tidak melakukan demonstrasi, ring… ponselku berbunyi, mami menelponku dan memberitahu jika dia akan meninggalkan Indonesia untuk beberapa bulan dia akan ke Turki untuk menemui client dan sambil mengunjungi papi. Akupun mengiyakan apa yang diberitahu oleh mami, biasa kalo Ibuk-ibuk jika memberitahu itu tidak cukup sekali, informasi yang disampaikan hanya satu namun memiliki cabang yang tidak habis-habis. Huftt….

   Siang ini cuaca begitu bersahabat, sehingga membuatku semangat untuk melakukan hunting di sekitar apartement. Tidak lupa Camera aku kalungkan keleher, topi koboy sebagai penambah styleku siang ini.  Betapa indahnya kota Istanbul ini, semua masjid bernuansa biru mengingatkan islam itu satu, dan saling membantu. Dan ada pula Hagia Sophia , Aya Sopha yang dulunya sebuah gereja, tetapi kemudian diubah menjadi peribadatan oleh umat Islam.
Ini bukan untuk pertama kalinya aku bertemu dengan gadis kecil itu aku tidak akan menyia-yiakan kesempatan ini. Aku langsung menghampirinya
Selam (Hai)… Adın(ız) ne? (siapa namamu)
Adresin(iz) nerede (Di mana alamatmu ?)
(Benim) adım jack (Namaku jack)
Endonezyalıyım (Saya orang Indonesia)
Dia langsung mematahkan kata-kataku

   fırsat sadece tüm gelir, ama neden boşuna israf edilmektedir? bir sürü iş gerektirir, ama sana bakmak buradan bile ülke her şeyi var ama her şeyi unutmak (kesempatan itu hanya datang untuk sekali, tapi mengapa kau menyia - nyiakannya? disini bahkan dinegara mu banyak yang membutuhkan pekerjaan, tapi lihat dirimu kau punya segalanya tapi kau melupakan segalanya)

    aku langsung tertegun mendengar dia mengatakan itu kepada ku, apakah dia malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan untuk memperingatkanku? Yaampun aku baru menyadarinya sekarang jika aku tidak pernah menganggap apa yang telah dimiliki dan diimpikan oleh kedua orangtuaku, aku hanya mampu melakukan semuanya sesuai dengan keinginanku. Tetapi keinginan tersebut tidak aku ketahui apa sesungguhnya yang aku inginkan, aku hanya berjalan terus lurus tanpa mengetahui arah tujuan. Aku baru saja terbangun dari tidur yang terlalu panjang dan aku sekarang baru tersadar, aku akan menetap di Turki dan akan melanjutkkan s2 ku disini, setelah itu aku akan menjadi Dosen.. akan aku bagikan pembelajaran hidup ini keseluruh mahasiswa/i ku, dan aku sangat bersyukur bahwa Tuhan telah memperingatkanku, sekarang aku dapat melihat papi dan mami tersenyum bahagia atas penncapain yang aku peroleh.


Tidak ada komentar: