Aku jack, sekarang aku adalah seorang dosen dan juga aktif di dalam bidang Indonesian Red Cross Society. Menjadi seorang dosen dan juga ikut perperan aktif di bidang Indonesian Red Cross Society bukanlah cita-citaku sejak kecil. Aku bukan keturunan asli Indonesia, Mamiku berdarah Indonesia dan papi berdarah Turki. Menjadi orang yang berdarah campuran tidaklah mudah, sewaktu aku sekolah hingga kuliah teman-teman sering mengucilkan walaupun itu hanya sebagai lelucon semata buat mereka. Dulunya sih aku marah ketika mereka mencelaku dengan berbagai celaan, seperti bule palsu, pengembala unta dan masih banyak lagi, seiring dengan berjalannya waktu itu membuat aku terbiasa dengan celaan mereka.
Menurutku dengan memiliki banyak teman akan memiliki dampak munculnya
problem-problem baru. Itulah alasanku untuk tidak terlalu dekat dengan
siapapun. Hari itu tepatnya tanggal 26 Agustus 2013, aku telah menyelesaikan
program pendidikan s1 di Surabaya, aku merasa masih memiliki ilmu yang sangat
sedikit jadi tawaran papi untuk ikut bekerja dengannya di Turki aku tolak,
begitu juga degan tawaran mami.. aku memang pintar didalam bidang melukis
mungkin bakat ini aku peroleh dari mami, tapi bukan itu tujuanku. Aku sama
sekali tidak memilih mengikuti jejak mami ataupun papi. Aku masih bingung
dengan diriku, aku berbeda, sangat berbeda dengan teman-temanku yang lain.
Mereka akan melakukan pekerjaan walaupun pekerjaan tersebut bertolak belakang
dengan cita-cita dan hobi mereka selama ini.
Aku membenci itu, menurutku suatu pekerjaan itu harus dikerjakan sesuai dengan
hobi dan impian kita selama ini, jika pekerjaan tersebut bertolak belakang
dengan itu semua maka diri kita sendiri yang akan merasa tersiksa. Jadi itu
alasanku untuk menolak tawaran papi dan mami. 1,3,5, hingga 6 bulan aku juga
belum menemukan pekerjaan yang sesuai dengan diriku. Jadi aku hanya jalan-jalan
untuk mengisi waktuku. Mami dan papi tidak memaksaku untuk harus menemukan
pekerjaan, tapi hal yang tidak aku suka di Indonesia ini adalah ketika kita
telah selesai menanam sesuatu namun kita tak mampu memetik hasilnya itu bakalan
menjadi hujatan orang-orang sekitar. Padahal ketika aku belum menemukan
pekerjaan aku selalu melakukan hal-hal positif seperti menjadi donatur
diberbagai pantai asuhan. Tapi itu juga dipandang buruk oleh masyarakat, aku
dibilang hanya mampu menghabiiskan apa yang ditanam oleh kedua orang tuaku.
Padahal sama sekali aku tidak berniat untuk melakukan itu, uang yang aku
donasikan itu uang jajanku dari mami dan papi, jadi itu sudah menjadi hakku aku
sama sekali tidak pernah meminta uang dengan orantuaku untuk hal-hal seperti
itu, tapi masyarakat selalu melihat dan berbicara tanpa pernah menyelidiki.
Telingaku pun merasa panas akan gunjingan-gunjingan dari masyarakat,
sehingga aku putuskan untuk berlibur keluar Negri tepatnya di Turki. Setelah
sampai di Turki aku menyewa satu Apartemen yang lumayan mewah, apartemenku
menghadap kearah barat bertepatan dengan pantai yang begitu eksotik, aku merasa
sangat tenang disini. Dan aku tidak memberitahu papi jika aku sedang
berada di Turki sekarang. Tidak ada yang menghujatku ketika aku tidak memperoleh
pekerjaan orang-orang selalu di sibukan dengan kesibukan masing-masing aku akan
merasa betah di sini.
Setelah berada dua hari di Turki, pagi itu aku berniat untuk mengelilingi
kota Turki. Semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang mau
berangkat bekerja, pergi kesekolah semuanya terlihat sibuk. Tetapi dibalik
kesibukan dan keindahan kota tersebut aku menaruh simpatik dengan salah seorang
anak yang ada di pinggiran jalan tersebut, keindahan kota ditambah kesibukkan
orang-orang di sekitar kota teralihkan oleh anak tersebut. Aku
langsung menghampirinya, tapi sialnya disaat aku ingin menyebrang jalan anak
tersebut telah pergi ntah kemana, aku berusaha mencarinya tapi tidak
juga aku temukan jejaknya.
Akupun memberhentikan pencarianku terhadapnya, mengingat hari sudah siang
aku kembali ke Apartemenku. Aku masih sangat penasaran dengan sosok anak
tersebut, aku merasa tidak asing dengan anak itu, aku seperti memiliki tekanan
batin dengannya tapi kapan? Dan dimana aku bertemu dengannya sebelumnya ini
masih menjadi teka-teki yang begitu sangat sulit dan tidak dapat aku pecahkan.
“tidak, disini aku ingin liburan jadi aku tidak boleh membebankan pikiranku
untuk hal seperti itu” akupun mulai menghapus bayangan anak tersebut.
Kehangatan cuaca ditambah segelas anggur dan alunan music slow membuat
pikiran ini menjadi begitu sangat tenang. Tapi mengapa sangat gelap dan begitu
sangat banyak api disini, semua orang pada berlarian kebarat, ketimur, selatan
semuanya berhamburan mencari tempat yang tidak mengeluarkan sumber
api, “ini gila.. percuma mereka melakukan itu toh mereka juga
nantinya akan terbakar dan menjadi abu atau tertimbun dengan bangunan
tersebut”. Aku merasa sangat terkejut disaat kejadian yang seperti ini masih
ada orang yang mampu mengatakan seperti itu. Memang iya jika difikir
secara logika usaha mereka akan sia-sia, mereka juga nantinya akan mati, tapi
mereka pasti berfikir sama denganku, “adakah kematian yang lebih baik” kematian
yang dimana datangnya tidak dapat diduga dan kematian yang tidak menghancurkan
serta menghabiskan darah. Itulah yang mereka inginkan, jadi itu wajar jika
mereka berusaha untuk menyelamatkan diri masing-masing. Tuhan juga tidak tidur,
tuhan menyaksikan ini. Tuhan akan membantu manusia yang berusaha, jadi mereka
percaya jika ada keajaiban yang dapat memadamkan tidak tapi setidaknya masih
tersisa tempat yan belum terbakardari bangunan.
Aku
pun berusaha untuk berlari… aku tidak mengetahui arah tujuan aku berlari, aku
hanya mengikuti perasaan yang aku rasa menuntun dan memberikan arah jalan.
Semua orang berteriak “ALLAH, ALLAH, ALLAHUAKBAR” teriakan itulah yang sempat
aku dengar… aku berusaha untuk terus berlari…. Aghh… kakiku, kakiku tertimpa
kayu yang lumayan besar, aku berusaha mengeluarkan semua tenagaku untuk
mengangkat kayu tersebut, tapi aku tak mampu, aku berusaha meminta pertolongan
kepada orang lain, dan tidak ada satupun yang berniat untuk membantuku.
Sekarang aku merasa begitu sangat lemas, tapi aku memiliki sifat yang tidak
begitu saja langsung menyerah aku berusaha mengangkat kayu itu dengan tanganku
yang terkena luka bakar ini, “Allahuakbar…” akhirnya kayu itu berhasil aku
singkirkan dari kaki ini, aku langsung mengucap syukur dan bergegas untuk
bangkit.. duar.. suara yang begitu gemuuruh terdengar didepanku.. pada saat itu
juga orang-orang teluntar.. mereka seperti muntahan magma yang penuh dengan
api. Melihat kejadian tersebut aku hanya mampu terdiam airmata ini
juga menemani terdiamnya aku. Aku begitu sangat shock, aku tidak pernah
sebelumnya melihat kejadian ini. Aku berasal dari keluarga yang sangat bahagia,
hampir dipastikan aku tidak pernah melihat pertengkaran apalagi sampai harus
menumpahkan bagitu banyak darah. Tapi saat ini aku mengalaminya, aku tidak bisa
membayangkan akan jadi apa diriku jika kayu itu tidak menimpa kaki ini, pasti
aku akan bernasip naas sama seperti mereka.
Semangatku kembali datang aku kembali mempunyai tenaga untuk meninggalkan
tempat ini, Tuhan telah memberikan pertolongan kepadaku dan itu artinya tidak
menginginkan nyawaku sekarang aku harus bisa berusaha untuk selamat dari
bencana ini. Aku mulai berjalan sambil sedikit berlari meninggalkan tempat itu,
sekarang aku memutar arah tujuanku aku kearah barat sekarang, aku berharap itu
adalah arah jalan yang tepat.
Tapi dugaanku salah dari jarak 15m aku melihat betapa tragisnya mereka,
harus merasakan kematian yang begitu sangat tragis, mereka tergulung dengan
api, sekarang mereka terlihat hanya seperti sampah-sampah yang tidak memiliki
arti, mereka bersatu dengan api mencari arus untuk meluluh lantahkan kota ini.
Aku langsung berlari, sekarang aku tidak merasa sakit walau telah banyak luka
bakar disekujur tubuhku. Aku hanya berharap aku mampu keluar dari bencana ini
dengan keadaan selamat.
Tapi langkahku terhenti disaat aku melihat anak itu, anak yang tadi siang
aku lihat, dia menangis didepanya terlihat seorang perempuan separuh baya yang
tergeletak, “mama..” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut munyil tersebut..
aku berusaha untuk menolongnya, karena jika dia tidak cepat untuk pergi dari
tempat itu, maka api itu akan menghanguskan tulang-tulang kecil itu. Aku dengan
segera mungkin berusa menolongnya.. aku berteriak… “go… go.. from here..go… you
will die go…..” g. belum sempat aku melajutkan kata-kata itu, gadis itu telah
disambar api.. kini dia menghilang semuanya penuh dengan api.. aku menjerit..
aku merasa bersalah aku membiarkan seorang gadis kecil untuk mati dengan cara
seperti ini. duarrr….. aku terbangung dari tidur, suara ban mobil pecah
tersebut membangunkanku dari tidur.. aku merasa sangat sesak, aku tidak bisa
bernapas dengan normal. Kucurah segelas air putih dan dengan tangan yang
mengeletar memegang gelas tersebut aku mencoba meminumnya dan berusaha untuk
tenang… “ternyata aku hanya bermimpi, tapi mengapa aku dapat memimpikan hal
yang begitu sangat menyeramkan, dan gadis itu.. mengapa dia ada didalam mimpi
ini?” aku berusaha untuk memikirkannya, dan aku merasa begitu tidak tenang
mimpi itu telah membuat hidupku dibayang-bayangi rasa bersalah sekarang.
Aku
pun keluar untuk mencari udara segar sekarang telah pukul 6, dan kota itu juga
telah mulai ramai dipenuhi oleh orang-orang yang akan melakukan aktifitasnya.
Aku berjalan terus lurus menelusuri jalanan ramai tersebut, pikiranku ini masih
kacau dikarenakan mimpi yang aku alami tadi malam. Setiap sudut jalanan
tersebut aku perhatikan dengan sungguh-sungguh, aku berharap dapat menemui anak
itu, mungkin dengan menemui anak tersebut aku dapat menjawab rasa penasaran ini.
Sialnya aku tidak melihat anak itu, berhubung hari sudah semakin siang
dan perut ini sudah mulai keroncongan aku memutar arah kembali untuk ke
apartment. Sandwich dan segelas susu cukup untuk membuat penduduk di perut ini
tidak melakukan demonstrasi, ring… ponselku berbunyi, mami menelponku dan
memberitahu jika dia akan meninggalkan Indonesia untuk beberapa bulan dia akan
ke Turki untuk menemui client dan sambil mengunjungi papi. Akupun mengiyakan
apa yang diberitahu oleh mami, biasa kalo Ibuk-ibuk jika memberitahu itu tidak
cukup sekali, informasi yang disampaikan hanya satu namun memiliki cabang yang
tidak habis-habis. Huftt….
Siang ini cuaca begitu bersahabat, sehingga membuatku semangat untuk
melakukan hunting di sekitar apartement. Tidak lupa Camera aku kalungkan
keleher, topi koboy sebagai penambah styleku siang ini. Betapa
indahnya kota Istanbul ini, semua masjid bernuansa biru mengingatkan islam itu
satu, dan saling membantu. Dan ada pula Hagia Sophia , Aya Sopha yang dulunya
sebuah gereja, tetapi kemudian diubah menjadi peribadatan oleh umat Islam.
fırsat sadece tüm gelir, ama neden boşuna israf edilmektedir? bir
sürü iş gerektirir, ama sana
bakmak buradan bile ülke her şeyi var ama her şeyi unutmak
(kesempatan itu hanya datang untuk sekali, tapi mengapa kau menyia -
nyiakannya? disini bahkan dinegara mu banyak yang membutuhkan pekerjaan, tapi
lihat dirimu kau punya segalanya tapi kau melupakan segalanya)
aku langsung tertegun mendengar dia
mengatakan itu kepada ku, apakah dia malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan untuk
memperingatkanku? Yaampun aku baru menyadarinya sekarang jika aku tidak pernah
menganggap apa yang telah dimiliki dan diimpikan oleh kedua orangtuaku, aku
hanya mampu melakukan semuanya sesuai dengan keinginanku. Tetapi keinginan
tersebut tidak aku ketahui apa sesungguhnya yang aku inginkan, aku hanya
berjalan terus lurus tanpa mengetahui arah tujuan. Aku baru saja terbangun dari
tidur yang terlalu panjang dan aku sekarang baru tersadar, aku akan menetap di
Turki dan akan melanjutkkan s2 ku disini, setelah itu aku akan menjadi Dosen..
akan aku bagikan pembelajaran hidup ini keseluruh mahasiswa/i ku, dan aku
sangat bersyukur bahwa Tuhan telah memperingatkanku, sekarang aku dapat melihat
papi dan mami tersenyum bahagia atas penncapain yang aku peroleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar